Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Namun, kualitas air dapat menurun akibat pencemaran yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia. Indikator pencemaran air menjadi tolok ukur dalam menilai kualitas air dan mengetahui sejauh mana perairan telah terkontaminasi oleh limbah.
Pencemaran air sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari limbah industri, rumah tangga, pertanian, maupun aktivitas lainnya. Indikator pencemaran air sangat penting untuk menentukan tingkat polusi dan dampaknya terhadap ekosistem.
Berbagai parameter fisik, kimia, dan biologi digunakan untuk mengukur pencemaran air, sehingga tindakan yang tepat dapat diambil guna mengurangi dampak negatifnya. Yuk, simak selengkapnya pada tulisan ini!
Indikator Pencemaran Air
Seperti dijelaskan sebelumnya, indikator pencemaran air adalah parameter yang digunakan untuk menilai kualitas air. Parameter ini didapatkan berdasarkan berbagai aspek, seperti sifat fisik, kandungan zat kimia, serta keberadaan mikroorganisme. Secara garis besar, berikut adalah beberapa indikator utama pencemaran air:
1. Parameter Fisik
Pertama adalah parameter fisik. Indikator ini mencerminkan kondisi fisik air yang dapat diamati secara langsung. Berikut ini yang termasuk parameter pencemaran air secara fisik:
- Kekeruhan (Turbidity). Air yang tercemar bisa dilihat dari tingkat kekeruhannya, Biasanya mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi akibat partikel tersuspensi, seperti lumpur, pasir, dan bahan organik.
- Warna. Air yang terkontaminasi juga bisa ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Hal ini muncul sebagai akibat adanya zat kimia atau bahan organik tertentu.
- Bau. Bau yang menyengat atau tidak sedap pada air bisa terjadi karena pencemaran dari limbah, baik limbah domestik maupun industri.
- Suhu. Tak banyak yang mengetahui bahwa kenaikan suhu air dapat mengurangi kadar oksigen terlarut. Kondisi ini dapat berdampak negatif terhadap kehidupan akuatik.
2. Parameter Kimia
Indikator pencemaran air berikutnya yaitu parameter kimia. Indikator ini digunakan untuk mengukur kandungan zat kimia di dalam air yang dapat berbahaya bagi makhluk hidup. Beberapa parameter utama untuk indikator kimia, meliputi:
- pH (derajat keasaman). pH air normal berkisar antara 6-8, yang mengarah pada kondisi netral cenderung basa. Air yang memiliki kadar pH terlalu asam atau basa dapat membahayakan organisme di dalamnya, dan memengaruhi proses alami dalam ekosistem.
- BOD (Biochemical Oxygen Demand). Parameter ini berfungsi untuk mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air. Semakin tinggi angka BOD dalam air, maka semakin tinggi tingkat pencemaran organik pada air tersebut.
- COD (Chemical Oxygen Demand). Parameter ini berfungsi untuk mengukur kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi bahan organik maupun anorganik dalam air secara kimiawi. Angka COD pada air yang tinggi menunjukkan tingkat pencemaran yang tinggi pada air.
- TSS (Total Suspended Solid). Aspek ini mengukur jumlah partikel padatan yang tersuspensi di dalam air, yang dapat mengganggu transparansi serta kehidupan organisme air.
- Minyak dan lemak. Kandungan minyak dan lemak dalam air dapat menyebabkan lapisan tipis di permukaan. Kondisi ini dapat menghambat difusi oksigen serta membahayakan kehidupan akuatik.
- Logam berat. Zat yang termasuk dalam logam berat, misalnya timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan arsenik (As) dapat bersifat toksik bagi makhluk hidup dan terakumulasi dalam rantai makanan.
- Nutrien (nitrogen dan fosfor). Kandungan nutrien yang tinggi dalam air dapat mengakibatkan eutrofikasi, yaitu pertumbuhan alga yang berlebihan yang dapat mengurangi kadar oksigen di dalam air.
3. Parameter Biologi
Terakhir, indikator pencemaran air dari aspek biologi. Parameter ini mengukur keberadaan mikroorganisme sekaligus organisme hidup lainnya dalam air. Beberapa indikator penting dalam parameter ini, meliputi:
- Koliform total. Keberadaan bakteri koliform, misalnya Escherichia coli (E. coli) menunjukkan adanya kontaminasi yang berasal dari limbah manusia atau hewan.
- Plankton dan alga. Selain itu, peningkatan jumlah alga tertentu dapat menjadi indikator pencemaran akibat kelebihan nutrien dalam air.
- Makroinvertebrata. Keberadaan organisme seperti cacing, serangga air, dan moluska dapat menjadi indikator biologis untuk menilai kualitas air. Keberadaan spesies tertentu dapat menunjukkan tingkat pencemaran.
Pentingnya Memahami Indikator Pencemaran Air
Mengetahui indikator pencemaran air sangat penting untuk membantu mengidentifikasi sumber pencemaran, menilai dampaknya terhadap ekosistem, serta merancang strategi pengelolaan air yang lebih baik. Pemantauan kualitas air secara berkala dapat membantu mengurangi risiko pencemaran dan menjaga keberlanjutan sumber daya air bagi generasi mendatang.
Dengan memahami dan menerapkan indikator pencemaran air, kita dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, kamu pun bisa memastikan ketersediaan air bersih yang aman bagi kehidupan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan pencemaran air adalah dengan mengikuti pelatihan dan sertifikasi PPPA bersama Arah Kompetensi.
Bersama tim berpengalaman, peserta akan mendapatkan materi pelatihan yang sesuai dengan standar serta regulasi di Indonesia. Hubungi langsung untuk mendapat informasi pelatihan lengkap.